Sabtu, 17 Agustus 2013

Ahmadiyah


Al Masih Al Mau’ud Al Mahdi
Setelah obrolan Dialog Awam Ahmadiyah membicarakan tentang perihal yang konon dikatakan sebagai ‘tabu’ karena menyangkut perkara ‘kenabian’, materi kali ini menyangkut hal yang tak kalah serunya, yakni Al Masih Al Maw’ud dan Al Mahdi.
1.    Di depan sudah dibicarakan perihal Al Masih Al Maw’ud namun belum secara lugas terjawab perkara wahyu, bisa dijelaskan tentang wahyu bagi Nabi Isa Al Masih as?
Dalam Sahih Muslim, Rasulullah SAW menjelaskan “Setelah itu Isa Ibnu Maryam didatangi suatu kaum yang dijaga oleh Allah dari kejahatan Dajjal, lalu ia as mengusap wajah mereka dan mengatakan tentang derajat mereka di surga, ketika ia as dalam keadaan itu, tiba-tiba Allah memberi wahyu kepadanya (Isa Ibnu Maryam) ‘sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hambaku di gunung Thur…. Dalam buku Solusi Hukum Islam Nahdlatul Ulama disebut Hadrat Imam Abdul Wahab menjelaskan “Bahwasannya pada akhir jaman akan diwahyukan kepada Sayyid Isa as menurut syariat Muhammad SAW dengan perantaraan Jibril” dan Imam Jalaluddin As-Sayuthi menulis dalam buku Al-I’lam: “Dan sesungguhnya sesudah turunnya Isa, wahyu hakiki akan diwahyukan oleh Allah kepadanya dengan perantaraan Jibril”. Cukup jelas rasanya bahwa Nabi Isa Al Masih as memperoleh wahyu perintah Allah SWT.
2.    Anda merujuk pada buku Solusi Hukum Islam terbitan Saudara-saudara kita kaum Nahdliyin, saya pernah membacanya tentang pendapat muktamirin “Kita wajib berkeyakinan bahwa Nabi Isa as itu akan diturunkan kembali pada akhir zaman nanti sebagai Nabi dan Rasul yang melaksanakan syariat Nabi Muhammad SAW. Hal itu tidak berarti menghalangi Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi yang terakhir, sebab Nabi Isa as hanya akan melaksanakan syariat Nabi Muhammad SAW, sedang madzhab empat pada waktu itu hapus (tidak berlaku)”. Apakah demikian adanya sehingga Ahmadiyah mempunyai keyakinan yang sama dengan kaum Nahdliyin?
Iya tepat, keyakinan akan kedatangan kembali Nabi Isa as di akhir jaman juga merupakan keyakinan kaum Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Saudara kita Muhammadiyah dalam sebuah sumber menyatakan “Tentang kedatangan toean Yezuz kedoenia kembali, memang rata-rata kaoem Moeslimin mempertjayainya. Hal kepertjayaan Moeslimin tentang kedatangan Yezuz ke doenia lagi itoe demikianlah : Soenggoeh Baginda Nabi Isa (Yezuz Kristus), itu akan toeroen ke doenia lagi pada akhir zaman dan beliau itoe akan menghoekoemi dengan syari’at Nabi Moehammad SAW., tidak dengan syari’atnya; karena syari’at Yezuz itoe, telah terhapoes sebab soedah laloenya waktoe jang sesoeai oentoek mendjalankannya. Maka kedatangan Yezuz itoe nanti menjadi sebagai khalifah ataoe pengganti Nabi kita, di dalam menjalankan syri’at Beginda Nabi SAW., pada ini oemat”.
(Sumber: Windon Nomer “Mutiara”, Madjlis H.B. Moehammadiyah Taman Pustaka, Pebruari 1940/ Moeharram 1359 Th. Ke IX, hal. 32-34, Sinar Islam, Edisi Juli 1985, hal. 26-27).
Dengan demikian merujuk pada sumber-sumber di atas pemahaman akan datangnya Nabi Isa as pada akhir jaman dua organisasi Islam di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah mempunyai pandangan yang sama dengan Ahmadiyah.
3.    Wow asyik juga ya menelusuri tafsir semacam ini, paling tidak kita sudah menemukan pandangan-pandangan sama dari sudut yang berbeda. Meskipun tetap saja ada hal yang berbeda dari antara mereka soal siapa sosok yang sebenarnya Nabi Isa Al Masih atau mudahnya dialamatkan kepada siapa sosok tersebut. Dan ternyata Ahmadiyah sudah menyatakan bahwa pendirinya, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi Isa Al Masih as sementara itu kaum Nahdliyin dan Muhammadiyah belum menyebutnya adalah sisi yang berbeda yang satu dengan lainnya harus tetap saling menghormati. Baik sekarang masuk pada masalah Imam Mahdi, apa pandangan anda?
Sebelum jauh kita bahas tentang Al Mahdi, apakah anda tahu dari mana kata Al Masih yang dilekatkan pada diri Nabi Isa as?
Saya pernah membaca Tafsir Al Azhar Kitab Suci Al Qur’an dari Prof. DR. Hamka, pada beberapa ayat dalam surat Ali Imran dijelaskan “Ingatlah, tatkala berkata malaikat: wahai Maryam! Sesungguhnya Allah memberitakan kepada Engkau bahwa engkau akan dapat satu kalimah daripada-Nya, namanya Almasih Isa Putra Maryam, yang mulia di dunia dan di akhirat,…”. Beliau menjelaskan bahwa Jibril memberi wahyu perintah Allah SWT bahwa Siti Maryam akan mengandung anak laki-laki tanpa berhubungan dengan seorang laki-laki (alias tetap sebagai wanita suci) bernama “Al Masih Isa Putra Maryam”. Lebih jauh kalimat Al Masih dijelaskan sebagai gelar dari Isa Putra Maryam adalah kata Ibrani yang di-Arab-kan, yakni Masyikha yang artinya adalah diurapi dengan minyak, tetapi kemudian diberikan menjadi gelar kemulyaan bagi raja yang dinobatkan. Kisah selanjutnya bahwa Nabi Isa as melaksanakan perintah Allah SWTDan Dia akan mengajarinya kitab dan hikmat dan Taurat dan Injil..... sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kamu, oleh sebab itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus”.
Baik, luar biasa ternyata referensi bacaan anda hebat juga. Point pertanyaan apa artinya Al Masih terjawab sebagai orang yang diurapi minyak dan gelar kemulyaan. Bagi saya hal ini mengingatkan pada peristiwa pasca penyaliban Nabi Isa as setelah tubuhnya diturunkan dari tiang salib dan mendapat pengobatan dengan cara diurapi minyak oleh murid beliau as yang bernama Nikodemus seorang tabib handal saat itu dalam sebuah ruangan kuburan milik Yusuf Arimatea selama tiga hari sehingga Nabi Isa as selamat dari kematiannya.
Baiklah soal Al Mahdi, saya merujuk pada pendapat Mufti Besar Mesir yang menyatakan bahwa “Beriman kepada datangnya Imam Mahdi itu wajib, sebagaimana telah dibenarkan oleh para Ulama dan telah dijelaskan dalam aqidah-aqidah Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah dan juga diakui oleh Ahlusy-Syi’ah”. (Sumber : Lawami’ul-Anwaril-Bahiyah, 1882, Juz II, hal. 84). Dan fatwa Syeikh Abdul Aziz Bin Baaz ulama terkemuka Rabitah ‘Alam Islami menyatakan “Adapun mengingkari sama sekali kedatangan Mahdi yang dijanjikan, sebagaimana anggapan sementara golongan mutaakhirin adalah pendapat yang salah. Karena Hadits-hadits tentang kedatangannya di akhir zaman dan tentang ia akan mengisi bumi ini dengan keadilan dan kejujuran, karena telah penuh kezaliman, adalah mutawatir dari segi isi dan artinya, dan terdapat dalam jumlah banyak. (Sumber : ‘Akhbaarul ‘Alamil Islaami, 21 Muharram tahun 1400 Hijriyah hal. 7).
Selanjutnya Hadist Riwayat Baihaqi dan Hakim “Dari Anas Ibnu Malik dari Nabi Salallahu ‘alaihi Wassalam bahwa beliau bersabda: Tidak ada Mahdi kecuali Isa”. Dan dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda “Tidaklah bertambah urusan melainkan semakin sulit, dunia semakin rusak, manusia semakin bakhil, dan tidaklah dating kiamat melainkan atas manusia yang paling buruk dan tidak ada Al Mahdi kecuali Isa Ibnu Maryam” (Sunan Ibnu Majah/ Juz II/Kitab Al-Fitan/Bab Syiddat Al-Zaman/No. 4039). Ini cukup memberi kepastian tentang sosok Al Mahdi yang melekat ada pada diri sosok Al Masih Al Maw’ud.
4.    Jadi pribadi sosok Imam Mahdi juga merupakan sosok yang sama dengan Masihil Maw’ud? Jika demikian, adakah pernyataan-pernyataan Mirza Ghulam Ahmad tentang masalah ini?
Baiklah beberapa saya akan kutipkan, antara lain: “Tidak masuk kedalam Jamaah kami kecuali yang telah masuk ke dalam agama Islam dan mengikuti Kitab Allah dan sunnah-sunnah pemimpin kita sebaik-baik manusia - Nabi Muhammad SAW. dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Yang Mulia dan Pengasih, dan beriman kepada Hari kebangkitan, surga dan neraka serta berjanji dan berikrar bahwa tidak akan memilih satu agama selain agama Islam. Dan akan mati di atas agama ini yaitu agama fitrah dengan berpegang teguh kepada Kitab Allah Yang Maha Tahu dan mengamalkan setiap yang ditetapkan dari Al-Quran, Sunnah dan Ijma’ sahabat yang mulia. Dan siapa saja yang mengabaikan tiga hal ini berarti ia membiarkan jiwanya dalam api neraka.” (Reff: Mawahiburrahman, hal.  315)
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as menyatakan: “Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya kami beriman kepada Allah sebagai Tuhan, dan Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wassallam adalah seorang Nabi, serta kami beriman, Beliau SAW adalah Khaataman-nabiyyin”. (Ahmad, Tuhfatu Baghdad: 23). “Tidak ada kitab kami selain Al - Qur’an Syarif dan tidak ada Rasul kami kecuali Muhammad Mustafa Shallallaahu ‘Alaihi Wassallam. Tidak ada agama kami kecuali Islam dan kita mengimani bahwa Nabi kita, Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wassallam adalah Khaatamul Anbiya’, dan Al-Qur’an Syarif adalah Khaatamul Kutub. (Maktubaat-e-Ahmadiyyah, jilid. 5, No. 4). “Dengan sungguh-sungguh saya percaya bahwa Nabi Muhammad SAW, adalah Khaatamul Anbiya. Seorang yang tidak percaya pada Khatamun Nubuwwah beliau (Rasulullah SAW), adalah orang yang tidak beriman dan berada diluar lingkungan Islam”. (Ahmad, Taqrir wajibul I’lan, 1891).
Dalam kedudukannya sebagai bayangan Rasulullah SAW Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as katakan: Apa yang Tuhan kehendaki dari dirimu berkenaan dengan segi kepercayaan hanyalah demikian : Tuhan itu Esa dan Muhammad SAW., adalah nabi-Nya serta Khatamul Anbiya, lagi beliau adalah termulia. Sesudah beliau, kini tiada nabi lagi kecuali yang secara buruzi (bayangan) dikenakan jubah Muhammadiyat. (Ahmad, Bahtera Nuh, hal. 24) “Dan hakikat yang sebenarnya, saya berikan kesaksian sepenuhnya, Nabi kita, Muhammad SAW, adalah Khaatamul Anbiyaa dan sesudah beliau SAW, tidak ada lagi nabi yang datang, baik nabi lama maupun nabi baru”. (Ahmad, Anjam-e-Atham, catatan kaki, hal. 27-28).
Inilah sebagian dari berbagai sumber yang bias saya share untuk memberi gambaran lengkap tentang sikap Mirza Ghulam Ahmad as terhadap Nabi Agung Muhammad SAW. Betapa besarnya Rasulullah SAW dimata Mirza Ghulam Ahmad as sehingga beliau mengibaratkan dirinya hanyalah setitik debu yang melekat pada terompah Rasulullah SAW.
5.    Maaf saya sedikit menerawang betapa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as sangat mencintai panutannya Nabi Besar Muhammad SAW. Sulit rasanya kalau saya harus mempercayai bahwa beliau as adalah non-Muslim. Justru beliau as adalah seorang Muslim yang memiliki kecintaan kepada Rasulullah SAW melebihi kecintaan pada dirinya sendiri. Ini pengetahuan baru untuk saya tentang sosok Mirza Ghulam Ahmad as.
Iya benar begitulah pernyataan beliau as melalui buku-bukunya. Tercatat ada sebanyak 80an judul karya tulis yang dibukukan. Sayapun belum pernah baca semua, yang saya baca Kitab Suci Al Qur’an dan tafsirnya dicari rujukan dari tafsir beliau as memaknai suatu masalah tertentu.
Terakhir saya kutipkan untuk perenungan bersama, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as menyatakan bahwa “Tuduhan yang dilemparkan kepada saya ialah bahwa bentuk kenabian yang saya akui buat diri saya menyebabkan saya keluar dari Islam. Dengan perkataan lain saya dituduh mempercayai bahwa saya adalah nabi yang berdiri sendiri, seorang nabi yang tak perlu mengikuti Al-Quran Suci, dan bahwa kalimah saya lain dan qiblat saya berubah. Juga saya disangkakan menghapus syariat dan memutuskan tali kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW. Tuduhan itu sama sekali palsu. Sesuatu pengakuan kenabian seperti itu adalah kufur; ini jelas. Bukan hanya kini, tetapi dari sejak permulaan sekali, saya selalu mengemukakan dalam buku-buku saya, bahwa saya tidak mengakui kenabian seperti itu untuk saya. Itu sama sekali adalah tuduhan kosong dan suatu cercaan terhadap saya”. (Reff: Ahmad, Akhbar-i-Am, 26 Mei 1908 : 7; Tabligh-i-Risalat, t.t. : 132-134)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar