Al Masih Al Mau’ud Al Mahdi
Setelah obrolan Dialog Awam Ahmadiyah
membicarakan tentang perihal yang konon dikatakan sebagai ‘tabu’ karena
menyangkut perkara ‘kenabian’, materi kali ini menyangkut hal yang tak kalah
serunya, yakni Al Masih Al Maw’ud dan Al Mahdi.
1. Di
depan sudah dibicarakan perihal Al Masih Al Maw’ud namun belum secara lugas
terjawab perkara wahyu, bisa dijelaskan tentang wahyu bagi Nabi Isa Al Masih as?
Dalam Sahih Muslim, Rasulullah SAW
menjelaskan “Setelah itu Isa Ibnu Maryam
didatangi suatu kaum yang dijaga oleh Allah dari kejahatan Dajjal, lalu ia as
mengusap wajah mereka dan mengatakan tentang derajat mereka di surga, ketika ia
as dalam keadaan itu, tiba-tiba Allah memberi wahyu kepadanya (Isa Ibnu Maryam)
‘sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hambaku di gunung Thur…”. Dalam buku Solusi Hukum
Islam Nahdlatul Ulama disebut Hadrat Imam Abdul Wahab menjelaskan “Bahwasannya
pada akhir jaman akan diwahyukan kepada Sayyid Isa as menurut
syariat Muhammad SAW dengan perantaraan Jibril” dan Imam Jalaluddin
As-Sayuthi menulis dalam buku Al-I’lam: “Dan sesungguhnya sesudah turunnya Isa,
wahyu hakiki akan diwahyukan oleh Allah kepadanya dengan perantaraan Jibril”. Cukup
jelas rasanya bahwa Nabi Isa Al Masih as memperoleh wahyu perintah
Allah SWT.
2.
Anda merujuk pada buku Solusi Hukum Islam
terbitan Saudara-saudara kita kaum Nahdliyin, saya pernah membacanya tentang
pendapat muktamirin “Kita wajib berkeyakinan bahwa Nabi Isa as itu akan
diturunkan kembali pada akhir zaman nanti sebagai Nabi dan Rasul yang
melaksanakan syariat Nabi Muhammad SAW. Hal itu tidak berarti menghalangi Nabi
Muhammad SAW sebagai Nabi yang terakhir, sebab Nabi Isa as hanya akan
melaksanakan syariat Nabi Muhammad SAW, sedang madzhab empat pada waktu itu
hapus (tidak berlaku)”. Apakah demikian adanya sehingga Ahmadiyah mempunyai
keyakinan yang sama dengan kaum Nahdliyin?
Iya tepat, keyakinan akan kedatangan kembali
Nabi Isa as di akhir jaman juga merupakan keyakinan kaum Ahlus Sunnah Wal
Jamaah. Saudara kita Muhammadiyah dalam sebuah sumber menyatakan “Tentang
kedatangan toean Yezuz kedoenia kembali, memang rata-rata kaoem Moeslimin
mempertjayainya. Hal kepertjayaan Moeslimin tentang kedatangan Yezuz ke doenia
lagi itoe demikianlah : Soenggoeh Baginda Nabi Isa (Yezuz Kristus), itu akan
toeroen ke doenia lagi pada akhir zaman dan beliau itoe akan menghoekoemi
dengan syari’at Nabi Moehammad SAW., tidak dengan syari’atnya; karena syari’at
Yezuz itoe, telah terhapoes sebab soedah laloenya waktoe jang sesoeai oentoek
mendjalankannya. Maka kedatangan Yezuz itoe nanti menjadi sebagai khalifah
ataoe pengganti Nabi kita, di dalam menjalankan syri’at Beginda Nabi SAW., pada
ini oemat”.
(Sumber: Windon Nomer “Mutiara”, Madjlis H.B.
Moehammadiyah Taman Pustaka, Pebruari 1940/ Moeharram 1359 Th. Ke IX, hal.
32-34, Sinar Islam, Edisi Juli 1985, hal. 26-27).
Dengan demikian merujuk pada sumber-sumber di
atas pemahaman akan datangnya Nabi Isa as pada akhir jaman dua organisasi
Islam di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah mempunyai pandangan
yang sama dengan Ahmadiyah.
3.
Wow asyik juga ya menelusuri tafsir semacam
ini, paling tidak kita sudah menemukan pandangan-pandangan sama dari sudut yang
berbeda. Meskipun tetap saja ada hal yang berbeda dari antara mereka soal siapa
sosok yang sebenarnya Nabi Isa Al Masih atau mudahnya dialamatkan kepada siapa
sosok tersebut. Dan ternyata Ahmadiyah sudah menyatakan bahwa pendirinya,
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi Isa Al Masih as sementara itu
kaum Nahdliyin dan Muhammadiyah belum menyebutnya adalah sisi yang berbeda yang
satu dengan lainnya harus tetap saling menghormati. Baik sekarang masuk pada
masalah Imam Mahdi, apa pandangan anda?
Sebelum jauh kita bahas tentang Al Mahdi,
apakah anda tahu dari mana kata Al Masih yang dilekatkan pada diri Nabi Isa as?
Saya
pernah membaca Tafsir Al Azhar Kitab Suci Al Qur’an dari Prof. DR. Hamka, pada
beberapa ayat dalam surat Ali Imran dijelaskan “Ingatlah, tatkala berkata malaikat: wahai Maryam! Sesungguhnya Allah
memberitakan kepada Engkau bahwa engkau akan dapat satu kalimah daripada-Nya,
namanya Almasih Isa Putra Maryam, yang mulia di dunia dan di akhirat,…”.
Beliau menjelaskan bahwa Jibril memberi wahyu perintah Allah SWT
bahwa Siti Maryam akan mengandung anak laki-laki tanpa berhubungan dengan
seorang laki-laki (alias tetap sebagai wanita suci) bernama “Al Masih Isa Putra Maryam”. Lebih jauh
kalimat Al Masih dijelaskan sebagai gelar dari Isa Putra Maryam adalah kata
Ibrani yang di-Arab-kan, yakni Masyikha
yang artinya adalah diurapi dengan minyak,
tetapi kemudian diberikan menjadi gelar kemulyaan bagi raja yang dinobatkan.
Kisah selanjutnya bahwa Nabi Isa as melaksanakan perintah Allah SWT
“Dan Dia akan mengajarinya kitab dan
hikmat dan Taurat dan Injil..... sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan
kamu, oleh sebab itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus”.
Baik, luar biasa ternyata referensi bacaan anda
hebat juga. Point pertanyaan apa artinya Al Masih terjawab sebagai orang yang diurapi minyak dan gelar kemulyaan. Bagi saya hal ini mengingatkan pada peristiwa
pasca penyaliban Nabi Isa as setelah tubuhnya diturunkan dari tiang salib dan mendapat pengobatan dengan cara diurapi minyak oleh murid beliau as
yang bernama Nikodemus seorang tabib handal saat itu dalam sebuah ruangan kuburan
milik Yusuf Arimatea selama tiga hari
sehingga Nabi Isa as selamat
dari kematiannya.
Baiklah soal Al Mahdi, saya merujuk pada pendapat Mufti Besar Mesir yang
menyatakan bahwa “Beriman kepada datangnya Imam Mahdi itu wajib, sebagaimana
telah dibenarkan oleh para Ulama dan telah dijelaskan dalam aqidah-aqidah
Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah dan juga diakui oleh Ahlusy-Syi’ah”. (Sumber :
Lawami’ul-Anwaril-Bahiyah, 1882, Juz II, hal. 84). Dan fatwa Syeikh Abdul Aziz
Bin Baaz ulama terkemuka Rabitah ‘Alam Islami menyatakan “Adapun
mengingkari sama sekali kedatangan Mahdi yang dijanjikan, sebagaimana anggapan
sementara golongan mutaakhirin adalah pendapat yang salah. Karena Hadits-hadits
tentang kedatangannya di akhir zaman dan tentang ia akan mengisi bumi ini
dengan keadilan dan kejujuran, karena telah penuh kezaliman, adalah mutawatir
dari segi isi dan artinya, dan terdapat dalam jumlah banyak”. (Sumber : ‘Akhbaarul
‘Alamil Islaami, 21 Muharram tahun 1400 Hijriyah hal. 7).
Selanjutnya Hadist Riwayat Baihaqi dan Hakim
“Dari Anas Ibnu Malik dari Nabi Salallahu
‘alaihi Wassalam bahwa beliau bersabda: Tidak ada Mahdi kecuali Isa”. Dan dalam riwayat lain Rasulullah SAW
bersabda “Tidaklah bertambah urusan melainkan semakin sulit, dunia semakin
rusak, manusia semakin bakhil, dan tidaklah dating kiamat melainkan atas
manusia yang paling buruk dan tidak ada
Al Mahdi kecuali Isa Ibnu Maryam” (Sunan Ibnu Majah/ Juz II/Kitab
Al-Fitan/Bab Syiddat Al-Zaman/No. 4039). Ini cukup memberi kepastian tentang
sosok Al Mahdi yang melekat ada pada diri sosok Al Masih Al Maw’ud.
4.
Jadi pribadi sosok Imam Mahdi juga merupakan
sosok yang sama dengan Masihil Maw’ud? Jika demikian, adakah
pernyataan-pernyataan Mirza Ghulam Ahmad tentang masalah ini?
Baiklah beberapa saya akan kutipkan, antara
lain: “Tidak masuk kedalam
Jamaah kami kecuali yang telah masuk ke dalam agama Islam dan mengikuti Kitab
Allah dan sunnah-sunnah pemimpin kita sebaik-baik manusia
- Nabi Muhammad SAW. dan beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya Yang Mulia dan Pengasih, dan beriman kepada Hari kebangkitan, surga
dan neraka serta berjanji dan berikrar bahwa tidak akan memilih satu agama
selain agama Islam. Dan akan mati di atas agama ini yaitu agama fitrah dengan
berpegang teguh kepada Kitab Allah Yang Maha Tahu dan mengamalkan setiap yang
ditetapkan dari Al-Quran, Sunnah dan Ijma’ sahabat yang mulia. Dan siapa saja
yang mengabaikan tiga hal ini berarti ia membiarkan jiwanya dalam api neraka.” (Reff: Mawahiburrahman, hal. 315)
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as menyatakan:
“Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya kami beriman kepada Allah sebagai
Tuhan, dan Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi
Wassallam adalah seorang Nabi, serta kami beriman, Beliau SAW
adalah Khaataman-nabiyyin”. (Ahmad,
Tuhfatu Baghdad: 23). “Tidak ada kitab kami selain Al - Qur’an Syarif dan tidak
ada Rasul kami kecuali Muhammad Mustafa Shallallaahu ‘Alaihi Wassallam. Tidak
ada agama kami kecuali Islam dan kita mengimani bahwa Nabi kita, Muhammad
Shallallaahu ‘Alaihi Wassallam adalah Khaatamul Anbiya’, dan Al-Qur’an Syarif
adalah Khaatamul Kutub. (Maktubaat-e-Ahmadiyyah, jilid. 5, No. 4). “Dengan
sungguh-sungguh saya percaya bahwa Nabi Muhammad SAW, adalah Khaatamul Anbiya.
Seorang yang tidak percaya pada Khatamun Nubuwwah beliau (Rasulullah SAW),
adalah orang yang tidak beriman dan berada diluar lingkungan Islam”. (Ahmad,
Taqrir wajibul I’lan, 1891).
Dalam kedudukannya sebagai bayangan Rasulullah SAW
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as katakan: Apa yang Tuhan kehendaki dari
dirimu berkenaan dengan segi kepercayaan hanyalah demikian : Tuhan itu Esa dan
Muhammad SAW., adalah nabi-Nya serta Khatamul Anbiya, lagi beliau adalah termulia.
Sesudah beliau, kini tiada nabi lagi kecuali yang secara buruzi (bayangan)
dikenakan jubah Muhammadiyat. (Ahmad, Bahtera Nuh, hal. 24) “Dan hakikat yang
sebenarnya, saya berikan kesaksian sepenuhnya, Nabi kita, Muhammad SAW,
adalah Khaatamul Anbiyaa dan sesudah beliau SAW, tidak ada lagi nabi
yang datang, baik nabi lama maupun nabi baru”. (Ahmad, Anjam-e-Atham, catatan
kaki, hal. 27-28).
Inilah sebagian dari berbagai sumber yang bias
saya share untuk memberi gambaran lengkap tentang sikap Mirza Ghulam Ahmad as
terhadap Nabi Agung Muhammad SAW. Betapa besarnya Rasulullah SAW
dimata Mirza Ghulam Ahmad as sehingga beliau mengibaratkan dirinya
hanyalah setitik debu yang melekat pada terompah Rasulullah SAW.
5.
Maaf saya sedikit menerawang betapa Hazrat
Mirza Ghulam Ahmad as sangat mencintai panutannya Nabi Besar
Muhammad SAW. Sulit rasanya kalau saya harus mempercayai bahwa
beliau as adalah non-Muslim. Justru beliau as adalah
seorang Muslim yang memiliki kecintaan kepada Rasulullah SAW
melebihi kecintaan pada dirinya sendiri. Ini pengetahuan baru untuk saya
tentang sosok Mirza Ghulam Ahmad as.
Iya benar begitulah pernyataan beliau as
melalui buku-bukunya. Tercatat ada sebanyak 80an judul karya tulis yang
dibukukan. Sayapun belum pernah baca semua, yang saya baca Kitab Suci Al Qur’an
dan tafsirnya dicari rujukan dari tafsir beliau as memaknai suatu
masalah tertentu.
Terakhir saya kutipkan untuk perenungan
bersama, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as menyatakan bahwa “Tuduhan yang
dilemparkan kepada saya ialah bahwa bentuk kenabian yang saya akui buat diri
saya menyebabkan saya keluar dari Islam. Dengan perkataan lain saya dituduh
mempercayai bahwa saya adalah nabi yang berdiri sendiri, seorang nabi yang tak
perlu mengikuti Al-Quran Suci, dan bahwa kalimah saya lain dan qiblat saya
berubah. Juga saya disangkakan menghapus syariat dan memutuskan tali kesetiaan
kepada Nabi Muhammad SAW. Tuduhan itu sama sekali palsu. Sesuatu
pengakuan kenabian seperti itu adalah kufur; ini jelas. Bukan hanya kini,
tetapi dari sejak permulaan sekali, saya selalu mengemukakan dalam buku-buku
saya, bahwa saya tidak mengakui kenabian seperti itu untuk saya. Itu sama
sekali adalah tuduhan kosong dan suatu cercaan terhadap saya”. (Reff: Ahmad,
Akhbar-i-Am, 26 Mei 1908 : 7; Tabligh-i-Risalat, t.t. :
132-134)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar